Kekurangan Menjadi Wirausaha, Wirausahawan atau Wiraswasta

loading...
Setelah sebelumnya telah di disebutkan manfaat kewirausahaan maka pada kesempatan ini akan membahas kekurangannya atau dampak ketika kita memutuskan untuk berwirausaha. Keputusan itu bergantung pada diri masing-masing. Ada yang memang mendedikasikan dirinya dan berkomitmen untuk menjalankan usahanya sendiri, ada pula yang merasa tidak sanggup jika mengelola usahanya sendiri, sehingga memutuskan untuk menjadi pegawai atau karyawan.

Kekurangan Menjadi Wirausaha, Wirausahawan atau Wiraswasta
Illustration by Pixabay

Keputusan itu kitalah yang menentukan, segala konsekuensinya tentu diri kita sendiri yang menanggung. Kalau semua ingin menjadi wirausahawan lalu siapa yang akan menjadi karyawannya. Ya itulah dinamika yang terjadi dan tidak bisa dipungkiri.

Nah, pada kesempatan ini saya akan menyampaikan apa saja kekurangan yang bisa saja terjadi ketika kita memutuskan untuk menjadi wirausahawan. Thomas W. Zimmerer dan Norman M. Scarborough dalam bukunya Pengantar Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil (Edisi Bahasa Indonesia) mengatakan bahwa meskipun pemilik bisnis mendapatkan banyak keuntungan dan memperoleh banyak peluang, siapapun yang berencana memasuki dunia kewirausahaan harus menyadari adanya potensi kekurangan.

Baca Juga: Manfaat Kewirausahaan Terutama Bagi Diri Sendiri

Thomas W. Zimmerer dan Norman M. Scarborough mengungkapkan beberapa kekurangan yang bisa saja terjadi pada wirausahawan yakni:

Pendapatan yang tidak pasti. Membuka dan menjalankan sebuah bisnis tidak memberi jaminan bahwa wirausahawan akan menghasilkan cukup uang untuk hidup. Beberapa perusahaan kecil sangat sulit memperoleh cukup pendapatan agar dapat membayar pemilik-manajernya secara layak. Dalam awal usaha, pemilik sering menghadapi masalah kewajiban keuangan dan hidup dari tabungan. Pendapatan tetap yang diperoleh dari pihak lain tempat ia bekerja sudah tidak ada lagi. Pemilik adalah orang terakhir yang menerima gaji.

Dari pernyataan tersebut sudah kita ketahui bahwa untung dan ruginya sebuah usaha merupakan resiko bisnis, namun kewajiban keuangan akan tetap berjalan sesuai dengan komitmen yang telah diputuskan. Keberlangsungan usaha adalah keniscayaan yang mesti dilakukan agar usaha terus berjalan sebagaimana mestinya. Ketidak pastian yang terjadi merupakan resiko yang harus ditanggung.

Baca Juga: Pengertian Wirausaha, Wirausahawan atau Wiraswasta dan karakteristiknya

Resiko kehilangan investasi. Tingkat kegagalan bisnis kecil relatif tinggi. Menurut penelitian, 24 persen bisnis baru gagal dalam waktu 2 tahun dan 51 persen tutup dalam waktu 4 tahun. Setelah 6 tahun, 63 persen bisnis baru akan gulung tikar. Penelitian ini juga menunjukkan bila sebuah perusahaan meciptakan paling tidak satu pekerjaan di awal tahun, mungkin kegagalan setelah 6 tahun merosot menjadi 35 persen.

Thomas W. Zimmerer dan Norman M. Scarborough menegaskan bahwa sebelum sampai pada keputusan mendirikan usaha, wirausahawan harus bertanya pada diri sendiri apakah mereka secara psikologis mampu mengatasi akibat –konsekuensi kegagalan seperti: apakah hal terburuk yang dapat terjadi bila saya membuka bisnis dan gagal? Seberapa besar kemungkinan hal yang terburuk itu terjadi? (Apakah saya benar-benar menyiapkan pendirian bisnis saya?). Apakah yang harus saya lakukan untuk menekan resiko kegagalan bisnis saya? Bila bisnis saya gagal, apa rencana cadangan untuk mengatasinya.

Kerja lama dan kerja keras. Memulai bisnis sering menjadi suatu jadwal mimpi buruk. Dalam bukunya Thomas W. Zimmerer dan Norman M. Scarborough menggambarkan bahwa pemilik suatu bisnis harus bekerja 60 jam per minggu dan seperempatnya bekerja lebih dari 70 jam per minggu. Dalam banyak hal, enam atau tujuh jam kerja tanpa uang lembur di hari libur merupakan hal yang biasa. Bila bisnis tutup, pendapatan tidak ada lagi dan pelanggan akan perg ketempat lain. “Meskipun bisnis itu milik anda sendiri, anda tetap bekerja untuk orang lain yaitu pelanggan dan klien anda” kata Jil Stenn.

Sekali lagi, ini adalah konsekuensi logis dari sebuah perjuangan. Sebagai pemilik usaha tentu kita akan bekerja lebih dibandingkan dengan karyawan yang bekerja pada perusahaan yang kita miliki. Karena rasa memiliki antara pemilik dan karyawan sangatlah berbeda, sehingga loyalitas dan totalitas akan sangat berbeda.

Mutu hidup yang rendah sampai bisnis mapan. Kerja panjang dan kerja keras yang diperlukan untuk mendirikan bisnis akan menyita waktu istirahat wirausahawan. Pemilik bisnis sering mendapatkan bahwa peran mereka sebagai suami atau isteri serta bapak atau ibu menjadi terabaikan akibat pendirian bisnis ini.

Ketegangan mental yang tinggi. Memulai dan mengelola suatu bisnis merupakan pengalaman yang luar biasa, tetapi juga dapat merupakan suatu ketegangan mental yang tinggi. Wirausahawan sering menanamkan modal yang besar dalam perusahaan di luar keamanan dan kemampuan keuangannya serta menggadaikan segala sesuatu yang dimilikinya untuk usahanya. Kegagalan berarti kehancuran keuangan, dan itu menciptakan tingkat ketegangan dan kekhawatiran yang tinggi.

Tanggung jawab penuh. Memang hebat menjadi bos sendiri, tetapi banyak wirausahawan hanya membuat keputusan untuk hal-hal yang tidak benar-benar dikuasainya. Bila tidak ada seorang pun tempat bertanya, ketegangan dapat terbentuk dengan cepat. Menyadari bahwa keputusan yang diambil adalah penyebab keberhasilan atau kegagalan akan mengakibatkan dampak yang merusak pada beberapa orang. Pemilik bisnis kecil dengan cepat menyadari bahwa mereka sendirilah bisnisnya.

No comments

Jika ingin berkomentar dan berdiskusi kami sangat menghargai, tetapi jangan memasang link hidup pada kolom komentar jika tidak ingin ditandai spam. Terima kasih atas apresiasinya..

Powered by Blogger.