Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Penggunaan atau Pengeluaran
loading...
Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan salah satu data ekonomi
yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja pembangunan ekonomi suatu
negara/wilayah. Namun, perangkat data ini juga dapat digunakan untuk
kepentingan dan tujuan lain, bahkan digunakan sebagai dasar pengembangan
model-model ekonomi dalam rangka menyusun formulasi kebijakan, tingkat peredaran
uang, penetapan pajak, kajian ekspor dan impor dsb.
Sampai saat ini, penghitungan PDB Indonesia dilakukan melalui
dua pendekatan, yaitu dari sisi lapangan usaha (industry) dan sisi pengeluaran (expenditure),
baik untuk periode tahunan maupun triwulanan. Pendekatan pertama menjelaskan
agregat PDB yang terkait dengan penciptaan nilai tambah, yang dihasilkan oleh
berbagai lapangan usaha atau industri. Sebagian besar nilai tambah ini merupakan
sumber pendapatan bagi masyarakat, baik dalam bentuk upah dan gaji, pendapatan kapital,
serta pendapatan atas pemilikan faktor produksi lain. Pendekatan kedua
menjelaskan pengeluaran pendapatan baik untuk aktivitas konsumsi “akhir” dan
investasi “riil”.
Produk Domestik Bruto (PDB) menurut penggunaan atau
pengeluaran dan PDB menurut lapangan usaha merupakan suatu bentuk tampilan data
ekonomi makro, di samping bentuk tampilan lain seperti Tabel Input-Output
(I-O), Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE), dan Neraca Arus Dana (NAD). PDB
penggunaan merupakan ukuran dasar (basic
measure) atas penggunaan produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan melalui
proses produksi.
Dalam konteks tersebut, ukuran PDB dapat menggambarkan aktivitas
dan hasil akhir dari suatu proses produksi yang berlangsung di dalam batas-batas
teritori suatu negara atau wilayah. Berbagai agregat yang dapat diturunkan dari
PDB, di antaranya adalah permintaan konsumsi akhir, pembentukan modal tetap
atau investasi fisik, ekspor dan impor. Berbagai jenis barang dan jasa akhir
tesebut, ditujukan untuk memenuhi permintaan akhir berbagai pelaku atau sektor
ekonomi domestik maupun luar negeri.
Penghitungan PDB melalui pendekatan penggunaan, merupakan hal
yang tidak terpisahkan dari penghitungan PDB melalui pendekatan lapangan usaha
(industri), yang ditampilkan dalam suatu kerangka kerja data ekonomi.
Sungguhpun demikian, penghitungan PDB penggunaan dilakukan secara independen
dengan menggunakan data dasar yang relatif berbeda.
PDB lapangan usaha lebih menjelaskan
tentang proses produksi, serta pendapatan faktor yang berhasil diciptakan
(balas jasa faktor produksi), sedangkan PDB penggunaan menjelaskan tentang
pengeluaran yang dilakukan untuk mendapatkan barang dan jasa yang diproduksi
tersebut.
Selain itu, melalui komponen penggunaan atau permintaan akhir (final demand) atau disebut sebagai PDB
menurut pengeluaran, juga dapat dilihat keterkaitannya dengan penyediaan barang
dan jasa dari domestik maupun impor (supply
side). Melalui hubungan ini akan lebih mudah terlihat titik keseimbangan
makro antara sisi “penyediaan dan permintaan”.
Secara konsep dijelaskan bahwa, penghitungan PDB dari sisi
yang berbeda dimaksudkan untuk : i) memastikan konsistensi dan kelengkapan di
dalam membuat perkiraan atau estimasi; ii) dapat memberi manfaat lebih dalam
melakukan analisis PDB; dan iii) mengontrol kelayakan hasil estimasi.
Meskipun
secara teoritis kedua pendekatan tersebut akan menghasilkan nilai yang sama
besar (equivalent), tetapi karena
perbedaan dalam pendekatan estimasi maupun metoda pengukuran, bilamana terjadi
selisih atau diskrepansi statistik merupakan hal yang wajar.
Dengan demikian maka PDB penggunaan (expenditure) menjelaskan tentang besaran nilai produk atau barang
dan jasa (output) yang dihasilkan di
dalam wilayah domestik untuk digunakan sebagai konsumsi “akhir” masyarakat.
Secara spesifik yang dimaksud dengan konsumsi akhir adalah penggunaan produk
dalam bentuk barang atau jasa yang tujuannya tidak untuk diproses lebih lanjut (atau
dikonsumsi habis), yang direalisasikan dalam bentuk pengeluaran konsumsi akhir
rumah tangga, atau produk konsumsi akhir LNPRT, pengeluaran konsumsi akhir
pemerintah, pembentukan modal tetap bruto (PMTB), perubahan inventori, serta
ekspor barang dan jasa.
Di sisi lain, dalam menghasilkan barang dan jasa untuk
memenuhi permintaan akhir domestik, tidak terlepas dari ketergantungan pada produk
yang berasal dari negara lain (impor). Berbagai barang dan jasa yang menjadi konsumsi
akhir masyarakat di dalamnya terkandung produk impor. Sehingga untuk mengukur
besaran nilai tambah domestik (PDB), komponen impor barang dan jasa harus dikeluarkan
atau dikurangkan dari hasil penghitungan konsumsi atau permintaan akhir.
Tingginya permintaan yang tidak selalu diimbangi oleh penyediaan domestik,
menjadi peluang masuknya produk impor. Data empiris menunjukan bahwa
perdagangan produk impor terus berkembang dari waktu ke waktu, baik secara
kuantitas, nilai, maupun ragamnya.
Secara konsep, PDB lapangan usaha (Y) punya total nilai yang
sama besar dengan PDB penggunaan (E), namun di dalam kenyataan tidaklah
demikian. Selain berbeda dalam struktur atau komposisi, pendekatan pengukuran
antara keduanya juga berbeda. Dalam penyajian-nya, perbedaan tersebut diletakkan
pada sisi PDB penggunaan, yang kemudian disebut sebagai perbedaan statistik (statistical discrepancy). Unsur yang menyebabkan
terjadi perbedaan, di antaranya adalah basis dan konsep pengukuran, metoda
pendekatan, cakupan ukuran, serta sumber data yang digunakan. Adanya perbedaan
tersebut diharapkan tidak menjadi masalah bagi para pengguna data PDB.
Penghitungan PDB dari sisi penggunaan, dimaksudkan juga untuk
menjelaskan bagaimana “pendapatan” (Y) yang tercipta melalui berbagai ragam
proses produksi (atau lapangan usaha) menjadi sumber pendapatan masyarakat,
yang pada gilirannya akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi akhir.
Atau pada sisi yang berbeda, PDB menurut penggunaan juga menjelaskan tentang
penggunaan sebagian besar produk domestik untuk keperluan konsumsi akhir, atau
dengan istilah yang berbeda disebut sebagai “output akhir (final output)”.
Hubungan antara sisi pendapatan dan sisi pengeluaran
untuk pembelian berbagai barang dan jasa, baik yang berasal dari produksi domestik
maupun impor (termasuk di ekspor) merupakan bentuk analisis sederhana atas PDB,
ditinjau dari dua pendekatan tersebut. Keharusan memiliki jumlah yang sama pada
kedua model pendekatan PDB tersebut, secara simultan dapat ditunjukkan melalui model
atau persamaan Keynesian sbb :
Y (Income) = PDB (Lapangan Usaha)
C (Consumption) = Konsumsi Akhir
GFCF (Gross Fixed Capital Formation) = Pembentukan Modal
Tetap Bruto
Δ Inventori = Perubahan Inventori
X = Ekspor
M = Impor
Persamaan di atas menunjukkan bahwa, pendapatan atau nilai
tambah yang diperoleh dari penghitungan PDB menurut lapangan usaha “identik”
dengan PDB menurut penggunaan. Apabila Y adalah pendapatan dan C adalah
konsumsi akhir, kemudian GFCF serta Δ Inventori menggambarkan investasi
(fisik), maka selisih ekspor dikurangi impor mengekspresikan surplus atau
defisit yang berasal dari perdagangan berbagai barang dan jasa dengan luar
negeri. Melalui pendekatan ini dapat diketahui perilaku masyarakat dalam
menggunakan pendapatan, apakah hanya untuk tujuan konsumsi akhir atau juga
untuk investasi (khususnya fisik).
Selain itu juga dapat diketahui seberapa besar
ketergantungan ekonomi domestik (wilayah) terhadap luar negeri dalam bentuk perdagangan
internasioanl (external transaction).
Selisih antara ekspor dengan impor disebut sebagai “ekspor neto” yang juga
memberikan gambaran tentang tabungan luar negeri.
Sama halnya dengan pendekatan lapangan usaha, PDB sisi
permintaan atau penggunaan akhir juga menurunkan agregat ekonomi makro seperti
nilai nominal, struktur, komposisi atau distribusi penggunaan akhir, pertumbuhan
“riil”, serta indeks harga implisit masing-masing komponen maupun keseluruhan
PDB (E). Selain menurut masing-masing komponen penggunaan, pada publikasi ini
juga disajikan beberapa agregat makro lain yang berkaitan erat dengan PDB,
seperti Pendapatan Nasional (National
Income). Angka Pendapatan Nasional merupakan indikator yang digunakan untuk
mengukur tingkat kemakmuran masyarakat dalam suatu negara. Selain itu disajikan
juga data PDB per-kapita, untuk melihat ukuran pemerataan, baik rata-rata tingkat
produktivitas, maupun tingkat kemakmuran masyarakat, secara individu.
Untuk melihat perkembangan atau pertumbuhan PDB sisi
penggunaan dari waktu ke waktu, disajikan pula data runtun waktu (time series)
dalam bentuk angka indeks (indeks berantai maupun perkembangan) dari
masing-masing komponen penggunaan akhir, berikut agregat turunannya. Indeks
berantai bermanfaat untuk melihat perubahan volume maupun harga antar dua titik
waktu yang berurutan, sedangkan indeks perkembangan untuk melihat perubahan
volume maupun harga secara kumulatif dalam satu periode tertentu. Indikator
tersebut diturunkan dari hasil perhitungan PDB atas dasar harga Berlaku (adh Berlaku)
maupun atas dasar harga Konstan (adh Konstan).
Sumber: Badan Pusat Statistik
Post a Comment