TEORI EKONOMI KLASIK
loading...
Aliran klasik muncul pada akhir abad ke 18 dan permukaan abad ke 19 yaitu di
masa revolusi industri dimana suasana waktu itu merupakan awal bagi adanya
perkembangan ekonomi. Pada waktu itu sistem liberal sedang merajalela dan
menurut aliran klasik, ekonomi liberal itu disebabkan oleh adanya pacuan antara
kemajuan teknologi dan perkembangan jumlah penduduk. Mula-mula kemajuan
teknologi lebih cepat dari pertambahan jumlah penduduk, tetapi akhirnya terjadi
sebaliknya dan perekonomian akan mengalami kemacetan.
Kemajuan teknologi mula-mula disebabkan oleh adanya akumulasi kapital atau
dengan kata lain kemajuan teknologi tergantung pada pertumbuhan kapital.
Kecepatan pertumbuhan kapital tergantung pada tinggi rendahnya tingkat
keuntungan, sedangkan tingkat keuntungan ini akan menurun setelah berlakunya
hukum tambahan hasil yang semakin berkurang (low of diminishing returus) karena
sumber daya alam itu terbatas.
Teori-teori perkembangan dari beberapa pengamat aliran klasik, diantaranya
adalah:
1. Francois Quesnay
Francois Quesnay (diucapkan Kennay) terkenal sebagai pencipta model ekonomi
pertama, Tableau Economique, dan sebagai pemimpin physiocrats. Para pengikutnya
menamakan diri mereka sebagai physiocrat dari bahasa Perancis, physiocrate,
yang berarti hukum alam (Rule of Nature). Physiocrat ialah kelompok ekonom yang
percaya kalau kemakmuran suatu negara hanya bisa dicapai melalui agrikultur.
Quesnay memulai pendapatnya dengan asumsi bahwa ekonomi dapat digambarkan
menurut tiga kelas atau sektor yang berbeda. Pertama, sektor pertanian yang
menghasilkan makanan, bahan mentah dan hasil pertanian lainnya. Kedua, sektor
manufaktur yang memproduksi barang-barang pabrik seperti pakaian dan bangunan
serta alat-alat yang diperlukan oleh pertanian dan pekerja pabrik, beserta
jasa. Ketiga, kelas pemilik tanah yang tidak menghasilkan nilai ekonomi
apa-apa, tetapi mereka memiliki klaim atas surplus output yang dihasilkan dalam
pertanian. Biaya sewa ini merepresantasikan pembayaran surplus kepada pemilik
tanah dan perdagangan ini kemudian dikenal sebagai Teori Sewa Physiocratic.
2. John Locke
Sumbangan John Locke untuk ekonomi adalah memberikan justifikasi pertama untuk
kepemilikan pribadi dan untuk pembatasan keterlibatan pemerintah dalam kegiatan
perekonomian. Locke juga memberi sumbangan pada teori uang dan tingkat suku
bunga.
Sumbangan mengenai filosofinya yaitu, mengemukakan proporsi yang agak
kontroversial bahwa manusia mempunyai hak atas pekerjaan mereka dan atas hasil
dari pekerjaannya itu, mereka menerima tanah sebagai milik mereka secara sah
dengan memadukan pekerjaan mereka dengan tanah tersebut.
Uang atau modal diakui oleh Locke benar-benar merupakan hasil dari kerja
sebelumnya. Jadi, kepemilikan uang dapat dibenarkan karena orang-orang harus
bekerja untuk mendapatkannya. Uang juga membuat manusia dapat mengumpulkan
kekayaan lebih banyak lagi karena uang tidak rusak sebelum dikonsumsi. Selain
itu, Locke berpendapat bahwa properti pribadi memiliki nilai praktis karena
ketika manusia diizinkan mengumpulkan kekayaan maka mereka akan lebih
produktif.
Locke menolak pedapat dari Josiah Child (Pertengahan abad ke-17) yang
berpendapat bahwa seharusnya negara membatasi tingkat suku bunga sampai 4%. Ia
juga berpendapat bahwa hukum riba (Usury Law) hanyalah redistribusi dari
keuntungan antara pedagang dan pemberi pinjaman, mereka tidak menguntungkan
negara secara keseluruhan karena bunga tersebut tidak meningkatkan peminjaman
dan investasi. Locke menyimpulkan bahwa lebih baik bunga dibiarkan sampai ke
tingkat yang wajar (yang ditentukan oleh hukum permintaan dan penawaran)
ketimbang diterapkan oleh pemerintah.
Sumbangan yang kedua adalah bahwa Locke menolak usulan dari pemerintah Inggris
untuk pemecahan masalah uang logam yang terpotong atau terdepresiasi dengan
mengurangi berat dari logam mulia dalam semua uang logam, atau mendevaluasi
mata uang nasional. Menurut Locke, dengan mengurangi berat kandungan logam
mulia, tidak akan membantu karena nilai atau kekuatan pembayar dari uang ini
ditentukan oleh kandungan peraknya. Menurunkan nilai uang hanya akan membuat
pedagang menginginkan lebih banyak mata uang untuk ditukar dengan barang
3. Adam Smith
Menurut Adam Smith, untuk berlakunya perkembangan ekonomi diperlukan adanya
spesialisasi atau pembagian kerja agar produktivitas tenaga kerja bertambah.
Pembagian kerja harus ada akumulasi kapital terlebih dahulu dan akumulasi
kapital ini berasal dari dana tabungan, juga menitik beratkan pada Luas Pasar.
Pasar harus seluas mungkin agar dapat menampung hasil produksi, sehingga
perdagangan internasional menarik perhatian. Karena hubungan perdagangan
internasional itu menambah luasnya pasar, jadi pasar terdiri pasar luar negeri
dan pasar dalam negeri.
Sekali pertumbuhan itu mulai maka ia akan bersifat kumulatif artinya bila ada
pasar yang dan ada akumulasi kapital, pembagian kerja akan terjadi dan akan
menaikkan tingkat produktivitas tenaga kerja.
4. David Ricardo
Menurut David Ricardo di dalam masyarakat ekonomi ada tiga golongan masyarakat,
yaitu:
a) Golongan Kapital
b) Golongan Buruh
c) Golongan Tuan Tanah
a) Golongan Kapital
Adalah golongan yang memimpin produksi dan memegang peranan yang penting karena
mereka selalu mencari keuntungan dan menginvestasikan kembali pendapatannya
dalam bentuk akumulasi kapital yang mengakibatkan naiknya pendapatan nasional.
b) Golongan Buruh
Golongan buruh ini tergantung pada golongan kapital dan merupakan golongan yang
terbesar dalam masyarakat.
c) Golongan tuan tanah
Mereka hanya memikirkan sewa saja dari golongan kapital atas areal tanah yang
di
sewakan.
David Ricardo mengatakan bahwa bila jumlah penduduk bertambah terus dan
akumulasi kapital terus menerus terjadi, maka tanah yang subur menjadi kurang
jumlahnya atau semakin langka adanya.
5. Thomas Robert Malthus
Menurut Thomas Robert Malthus kenaikan jumlah penduduk yang terus menerus merupakan
unsur yang perlu untuk adanya tambahan permintaan, tetapi kenaikan jumlah
penduduk saja tampa dibarengi dengan kemajuan faktor-faktor atau unsur-unsur
perkembangan yang lain sudah tentu tidak akan menaikan pendapatan dan tidak
akan menaikan permintaan. Turunnya biaya produksi akan memperbesar
keuntungan-keuntungan para kapitalis dan mendorong mereka untuk terus
berproduksi.
Menurut Thomas Robert Malthus untuk adanya perkembangan ekonomi diperlukan
adanya kenaikan jumlah kapital untuk investasi yang terus menerus, sedangkan
menurut J.B.Say berkembang dengan hukum pasar, dimana dikatakan bahwa Supply
Creates its own demand yang artinya asal jumlah produksi bertambah maka secara
otomatis permintaan akan ikut bertambah pula karena pada hakekatnya kebutuhan
manusia tidak terbatas.
6. John Stuart Mill
John Stuart Mill merupakan salah satu tokoh Utilitarianisme yang terkenal dalam
menelurkan konsep kebebasan, yang dituangkan secara komprehensif di dalam
bukunya On Liberty. Bukunya yang berkaitan dengan ekonomi, Principles of Political Economy pada
tahun 1848 berupaya untuk memahami masalah ekonomi sebagai suatu masalah
sosial. Masalah tentang bagaimana manusia hidup dan ikut ambil bagian dalam
kemakmuran bangsanya, baik dalam proses produksi, perlindungan terhadap produk
dalam negeri dan perpesaing antar produk, maupun masalah distribusi melalui
instrument uang dan kredit (mikhael dua,2008).
Dalam hal pemikirannya mengenai ekonomi, Mill dipengaruhi oleh Thomas Robert
Malthus, dimana pertumbuhan ekonomi selalu diliputi dengan tekanan jumlah
penduduk dengan sumber yang tetap.
Universalime etis merupakan konsep utilitariannya yang lebih mengedepankan
kepada kebahagiaan orang lain, dimana disanalah moralitas utilitarian dibangun
oleh Mill. Prinsip tersebut memang cukup relevan dalam hal aktifitas ekonomi,
disamping Mill menerima pasar bebas Adam Smith, namun usaha untuk memperhatikan
kebahagiaan orang lain dalam hal persaingan ekonomi pasar, menjadi agenda Mill.
Kondisi pasar bebas yang cenderung bersikap egoisme sentris, berusaha ditekan
Mill dengan pemberlakuan nilai moralitas bersama, dimana prinsip kebahagiaan
harus dirasakan oleh setiap pemain pasar, pelaku usaha, produsen, distribusi,
hingga tataran konsumen. Pasar bebas memang cenderung melahirkan kondisi
menang-kalah, namun diantara dua belah pihak diharapkan harus tetap mampu
menjalin hubungan yang kelak melahirkan kebahagiaan bersama, yang merupakan
konsekuensi atas universalisme etis ala John Stuart Mill.
7. David Hume
Sebagai seorang ahli ekonomi Hume menyumbang teori uang dan teori perdagangan
nasional. Ia menganalisis dampak uang terhadap tingkat suku bunga, kegiatan
ekonomi, dan harga. Ia juga menjelaskan bagaimana dan mengapa negara-negara
tidak mungkin mengalami ketidakseimbangan perdagangan dalam jangka waktu yang
lama.
TEORI KARL MARX (Pertumbuhan dan kehancuran)
Sejarah Perkembangan Masyarakat
Karl Marx Mengemukakan teorinya berdasarkan atas sejarah perkembangan
masyarakat dimana perkembangan itu melalui lima tahap.
1. Masyarakat Primitif
2. Masyarakat Perbudakan
3. Masyarakat Feodal
4. Masyarakat Kapitalis
5. Masyarakat Sosial
1. Masyarakat komunal primitive (Primitive Conmund)
Dalam tahap ini masyarakat menggunakan alat-alat untuk bekerja yang sifatnya
masih sangat sederhana. Alat-alat ini bukan milik perseorangan tetapi milik
komunal (milik bersama). Dalam masyarakat ini tidak ada surplus produksi di
atas konsumsi karena orang yang membuat sendiri barang-barang atas kebutuhan
sendiri, tetapi makin lama orang sedikit demi sedikit mengetahui alat-alat
produksi yang lebih baik. Perbaikan dalam alat-alat produksi menyebabkan adanya
perubahan-perubahan sosial dan kemudian terjadi pembagian kerja dalam produksi.
2. Masyarakat Perbudakan
Hubungan produksi antara orang-orang yang memiliki alat-alat produksi dengan
orang-orang yang hanya bekerja untuk mereka merupakan dasar terbentuknya
masyarakat perbudakan. Dengan cara seperti ini keuntungan para pemilik alat
produksi semakin besar karena budak-budak hanya diberi sekedar nafka supaya
dapat bekerja.
3. Masyarakat Feodal
Masyarakat feodal ini merupakan masyarakat baru yaitu dimana kaum bangsawan
memiliki alat-alat produksi yang paling utama yaitu tanah dan para petani
kebanyakan terdiri dari bekas budak yang dibebaskan. Mereka mengerjakan tanah
itu untuk kaum feodal dan setelah itu baru tanah miliknya sendiri dapat
dikerjakan. Perbaikan-perbaikan alat dan cara produksi banyak terjadi dalam
system ini dengan demikian ada dua golongan kelas, yaitu :
a) Kelas Feodal yang terdiri dari tuan-tuan tanah yang lebih berkuasa dalam hubungan
sosial.
b) Kelas buruh yang bertugas melayani mereka.
Kepentingan kedua kelas ini berbeda-beda. Kelas feodal lebih memikirkan
keuntungan saja dan kemudian mendirikan pabrik-pabrik. Kelas buruh yang
memiliki alat-alat produksi menghendaki pasaran buruh yang bebas, dan
dihapuskannya tarif dan rintangan lainnya dalam perdagangan yang diciptakan
kaum feodal.
4. Masyarakat Kapitalis
Kelas kapitalis memperkerjakan kelas buruh yang mau tidak mau menjual tenaganya
karena tidak memiliki alat produksi seperti telah disinggung bahwa kelas
kapitalis dan kelas buruh merupakan dua kelas dalam masyarakat yang
kepentingannya saling bertentangan.
5. Masyarakat Sosial
Dalam system sosialis, pemilikan alat-alat produksi didasarkan atas hak milik
sosial (Social ownership). Hubungan produksi merupakan hubungan kerjasama dan
saling membantu di antara buruh yang bebas dari unsur eksploitasi. Sistem ini
memberi kesempatan kepada manusia untuk maju baik dilapangan produksi maupun
didalam kehidupan masyarakat.
Sumber: http://blogsiffahartas.blogspot.co.id/2011/05/teori-ekonomi-klasik.html
Post a Comment