Tinjauan PDRB Dari Sisi Permintaan
loading...
Pertumbuhan ekonomi
secara singkat merupakan proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang,
pengertian ini menekankan pada tiga hal yaitu proses, output perkapita dan
jangka panjang. Proses menggambarkan perkembangan perekonomian dari waktu kewaktu
yang lebih bersifat dinamis, output perkapita mengaitkan aspek output total
(GDP) dan aspek jumlah penduduk, sedangkan jangka panjang menunjukkan
kecenderungan perubahan perekonomian dalam jangka tertentu yang didorong oleh
proses intern perekonomian (self generating). Pertumbuhan ekonomi juga
diartikan secara sederhana sebagai kenaikan output total (PDB) dalam jangka
panjang tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih kecil atau lebih besar dari
laju pertumbuhan penduduk atau apakah diikuti oleh pertumbuhan struktur
perekonomian atau tidak.
Sumber Foto: bisnis.com |
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Sasaran pokok
pembangunan khususnya dalam bidang ekonomi adalah penciptaan suatu pertumbuhan
ekonomi. Perekonomian mengalami pertumbuhan bila perekonomian tersebut terus
menerus tumbuh tanpa ada satu tahun pun mengalami penurunan. Kinerja suatu
daerah dapat dilihat pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB
dan pendapatan regional merupakan indikator yang digunakan untuk mengetahui
kondisi perekonomian suatu wilayah. PDRB merupakan jumlah nilai tambah yang
dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah dalam periode waktu
tertentu. Perhitungan PDRB dilihat dari Sisi Permintaan dan Sisi Penawaran.
Sisi Permintaan membedakan pengeluaran menjadi empat komponen, yaitu konsumsi
rumah swasta, pengeluaran pemerintah, pembentukan modal sektor swasta
(investasi), dan ekspor neto. PDRB dari Sisi Penawaran PDRB merupakan jumlah
nilai produk barang-barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit
produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu.
PDRB Sisi Permintaan
A. Konsumsi Swasta
Pengeluaran konsumsi
swasta adalah total nilai pasar dari barang-barang dan jasa-jasa yang dibeli
oleh rumah tangga dan lembaga-lembaga nirlaba. Pengeluaran konsumsi rumah
tangga terdiri atas tiga komponen utama, yaitu (a) pengeluaran untuk membeli
barang-barang tahan lama seperti mobil, mesin cuci, tv, dan yang lainnya; (b)
pengeluaran untuk barang-barang yang tidak tahan lama, seperti makanan, pakaian,
sabun, dan jasa lainnya (Herlambang dkk., 2001).
Konsumsi seseorang
berbanding lurus dengan pendapatan. Secara makroagregat, pengeluaran konsumsi
masyarakat berbanding lurus dengan pendapatan nasional. Semakin besar
pendapatan semakin besar pula pengeluarannya untuk konsumsi.
Perilaku konsumsi
masyarakat tidak bisa dilepaskan dari perilaku tabungannya. Bilamana pendapatan
bertambah, baik konsumsi maupun tabungan, akan sama-sama bertambah. Pola
konsumsi masyarakat yang kurang mapan biasanya didominasi oleh konsumsi
kebutuhan-kebutuhan pokok atau primer. Sebaliknya, yang sudah mapan cenderung
lebih banyak teralokasikan ke kebutuhan sekunder atau tersier (Dumairy,1997).
Mangkoesoebroto
(1993) mengatakan bahwa selain peranan alokasi dan distribusi pemerintah
mempunyai peranan utama sebagai alat stabilisasi perekonomian. Tanpa adanya campur tangan pemerintah, penurunan
permintaan akan menyebabkan pengusaha mengurangi pegawainya.
B. Konsumsi Pemerintah
Kunarjo (1993)
mengatakan bahwa pengeluaran pemerintah berperan untuk mempertemukan permintaan
masyarakat dengan penyediaan sarana dan prasarana yang tidak dapat dipenuhi
oleh swasta. Dikatakan pula bahwa
pengeluaran pemerintah yang dinyatakan dalam belanja pembangunan bertujuan
untuk meningkatkan kapasitas produksi dalam proyek-proyek yang mengacu pada
pertumbuhan ekonomi, pemerataan pendapatan, peningkatan kesejahteraan, dan
program yang menyentuh langsung kawasan yang terbelakang. Pemerintah daerah
dituntut dapat berperan aktif dalam mengelola dan mengembangkan sektor publik
dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. Pendekatan pada upaya
peningkatan pertumbuhan tidak semata-mata menentukan pertumbuhan sebagai
satu-satunya tujuan pembangunan daerah, namun pertumbuhan merupakan salah satu
ciri pokok terjadinya proses pembangunan. Terdapat berbagai instrumen yang
digunakan pemerintah untuk mempengaruhi perekonomian. Salah satu diantaranya
adalah pembelanjaan atau pengeluaran pemerintah. Apabila pemerintah telah
menetapkan kebijakan untuk membeli barang dan jasa, pengeluaran pemerintah
mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk melaksanakan
kebijakan tersebut. Menurut Budiono (1981), pengeluaran pemerintah dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut. Pertama, pembelian faktor-faktor
produksi (input) dan pembelian produk (output). Kedua, untuk
pengeluaran konsumsi pemerintah (belanja rutin) serta untuk investasi
pemerintah (belanja pembangunan/barang-barang modal). Pengeluaran pemerintah
yang diukur dari pengeluaran rutin dan pembangunan mempunyai peranan dan fungsi
cukup besar mendukung sasaran pembangunan dalam menunjang kegiatan pemerintah
serta peningkatan jangkauan dan misi pelayanan yang secara langsung berkaitan
dengan pembentukan modal untuk tujuan peningkatan produksi.
Layaknya pengeluaran
masyarakat, maka pengeluaran pemerintah akan memperbesar permintaan agregat
melalui multiplier effect dan selanjutnya akan meningkatkan produksi
atau penawaran agregat, sehingga PDRB akan meningkat. Meningkatnya PDRB merupakan indikasi timbulnya suatu
perekonomian yang akan menambah penerimaan. Menurut Susanti (2000), pengeluaran
pemerintah akan meningkat seiring dengan peningkatan kegiatan perekonomian
suatu negara. Kaidah ini dikenal dengan hukum Wagner, yaitu adanya korelasi
positif antara pengeluaran pemerintah dengan tingkat pendapatan nasional.
Walaupun demikian, peningkatan pengeluaran pemerintah belum tentu berakibat
baik terhadap aktivitas perekonomian. Oleh karena itu, perlu juga dilihat
efisiensi penggunaan pengeluaran pemerintah
tersebut.
C. Investasi
Investasi merupakan
penambahan pembentukan modal yang mengakibatkan terjadinya pertambahan
kekayaan. Investasi juga merupakan permintaan terhadap barang dan jasa sehingga
meningkatkan pendapatan pada masa datang. Ada dua tujuan utama dalam investasi,
yaitu untuk mengganti bagian dari penyediaan modal yang rusak dan sebagai
tambahan penyediaan modal yang ada.
Menurut Samuelson dan
Nortdhaus (1996), investasi merupakan suatu hal yang penting dalam pembangunan
ekonomi karena dibutuhkan sebagai faktor penunjang di dalam peningkatan proses
produksi.
Investasi merupakan
langkah mengorbankan konsumsi saat ini untuk memperbesar konsumsi pada masa
datang. Selain itu, investasi mendorong terjadinya akumulasi modal. Penambahan
stok bangunan gedung dan peralatan penting lainnya akan meningkatkan output potensial
suatu bangsa dan merangsang pertumbuhan ekonomi untuk jangka panjang. Sukirno
(2000) memberikan definisi investasi sebagai pengeluaran-pengeluaran untuk
membeli peralatan-peralatan produksi dengan tujuan mengganti dan terutama
menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan memproduksi
barang dan jasa pada masa depan. Dengan kata lain investasi berarti pengeluaran
untuk meningkatkan kapasitas produksi perekonomian suatu negara. Menurut Arsyad
(1999), investasi memiliki peran aktif untuk meningkatkan tingkat output dan
laju pertumbuhan output tergantung pada laju pertumbuhan investasi.
Demikian halnya
Harrod-Domar (Jinghan, 2000) menyatakan bahwa kegiatan investasi akan
menimbulkan dua efek, yaitu efek langsung terhadap pengeluaran agregat dan efek
terhadap kapasitas produksi. Efek langsung dari
pengeluaran investasi terjadi pada sisi permintaan agregat bila pengeluaran
investasi meningkat, yang kemudian akan meningkatkan pendapatan nasional/daerah
melalui proses multiplier effect terhadap kapasitas produksi, yaitu efek
dari pengeluaran investasi terjadi pada sisi penawaran agregat yang lebih
besifat jangka panjang di mana kenaikan pengeluaran investasi akan menaikkan
jumlah kapital. Dengan jumlah kapital yang meningkat, kapasitas produksi
perekonomian akan meningkat yang kemudian akan meningkatkan penawaran agregat.
Investasi yang
lazimnya disebut penanaman modal atau
pembentukan modal merupakan komponen yang menentukan pengeluaran agregat.
Definisi investasi itu sendiri adalah sebagai pengeluaran atau perbelanjaan
penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi
untuk menambah kemampuan berproduksi barang-barang dan jasa yang tersedia
perekonomian. Dalam prakteknya, usaha untuk mencatat nilai penanaman modal yang
dilakukan dalam satu tahun tertentu, yang digolongkan sebagai investasi
meliputi pengeluaran/ perbelanjaan sebagai berikut :
- Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai industri dan perusahaan.
- Perbelanjaan untuk membangun rumah tempat inggal, bangunan kantor, bangunan pabrik dan bangunan lainnya.
- Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah dan barang yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun penghitungan pendapatan nasional.
Jumlah dari ketiga
jenis komponen investasi tersebut dinamakan investasi bruto dan bila nilai
tersebut dikurangi dengan nilai depresiasi maka disebut investasi neto (Sadono
Sukirno,1994:107).
Investasi secara
garis besar menrut sumbernya dapat berasal dari pemerintah dan non pemerintah.
Investasi pemerintah berasal dari belanja pembangunan melalui APBD, sedangkan
investasi non pemerintah bersumber dari laba perusahaan swasta yang ditanam
kembali, PMDN dan PMA, Kredit Investasi, serta dana dana yang berasal dari
masyarakat itu sendiri (Rustian Kamaludin,1991:25).
D. Ekspor
Ekspor dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dalam beberapa cara. Pertama,
pengaruh langsung ekspor yaitu melalui tumpahan dinamis dengan perbaikan
teknologi. Kedua, ekspor dapat membantu mengatasi kendala nilai tukar mata
uang. Hal ini kemudian menjadi pendorong bagi sebuah negara untuk melakukan
impor, termasuk impor barang modal. Ketiga, berdasarkan penelitian Levine dan
Renelt (1992) dalam Alam (2003) diperoleh bukti bahwa perbandingan antara
ekspor dengan PDB memiliki hubungan yang sangat kuat dengan perbandingan antara
investasi dengan PDB. Terdapat hubungan tidak langsung antara ekspor dan
pertumbuhan ekonomi (PDB) melalui investasi. Menurut Thornton (1997), ekspor
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi salah satunya melalui
peningkatan efisiensi karena terciptanya pasar yang semakin kompetitif. Dalam
penelitian lain yang dilakukan oleh Baharumshah dan Rashid (1999), menambahkan
bahwa ekspor memberikan pengaruh positif terhadap produktifitas karena adanya
alokasi sumber daya yang lebih baik pada sektor-sektor yang spesifik mempunyai
keunggulan komparatif.
Post a Comment