Teori Tahapan Perkembangan Ekonomi, Teori Multiplier dan Teori Lokasi
loading...
Pembangunan
ekonomi dilihat dari teori‐teori pertumbuhan ekonomi yang dicetuskan oleh Rostow terdiri dari lima tahap yaitu masyarakat
tradisional, prasyarat untuk lepas landas, lepas landas, gerakan ke arah pemantapan, dan masa konsumsi
tinggi. Menurut Rostow pertumbuhan ekonomi tercipta sebagai akibat dari timbulnya perubahan
yang fundamental bukan saja dalam corak kegiatan ekonomi namun juga dalam politik dan hubungan
sosial. Pembangunan
ekonomi atau transformasi masyarakat tradisonal menjadi suatu masyarakat modern
merupakan suatu proses yang berdimensi banyak. Pembangunan ekonomi hanya dimungkinkan leh adanya
kenanikan produktifitas
sektor pertanian
dan pertambangan sehingga akan terjadi perkembangan pertumbuhan ekonomi.
Menurut Rostow,
masa lepas landas suatu negara menjadi negara maju berkisar antara 20‐30
tahun. Hal itu terjadi
seperti di Inggris, Perancis, Belgia, Amerika Serikat, Jerman, Swedia, Jepang,
Rusia, Kanada, Argentina,
Turki, India dan China. Untuk menentukan apakah suatu negara sudah mencapai
tinggal landas,
dapat dianalisis dari:
1. Terwujudnya
kenaikan dalam penanaman modal yang produktif dari 5 % menjadi 10 % dari Produk Nasional Netto.
2. Terjadinya
peningkatan satu atau beberapa sektor industri dengan tingkat laju perkembangan yang tinggi.
3. Adanya
suatu platfom politik, sosial dan institusional baru yang menjamin berlangsungnya segala tuntutan perluasan di sektor modern,
potensi ekonomi eksternal yang ditemukan oleh kegiatan ekonomi lepas landas, sehingga
pertumbuhan dapat terus berjalan (Sukirno S, 2007).
Baca Juga: Teori Kutub Pertumbuhan
Teori Multiplier
Multiplier
adalah pertambahan pengeluaran yang dikeluarkan oleh masyarakat akan menambah pendapat segolongan masyarakat lainnya. Proses
multiplier dalam analisis makroekonomi tidak dapat berjalan seperti yang diharapkan karena di
negara berkembang sektor produksi mempunyai kemampuan terbatas untuk meningkatkan produksi
barang apabila permintaan berkembang dengan cepat. Agar proses multiplier berjalan dengan
baik, maka perekonomian harus mempunyai sifat‐sifat berikut:
Baca Juga: Teori Tempat Pemusatan, Teori Jalur Sepusat, Teori Sector, Teori Pusat Lipat Ganda, Teori Resource Endowment dan Teori Export Base
1. Dalam masyarakat terdapat banyak pengangguran dan pengangguran ini tidak saja terdiri dari tenaga kerja yang biasa tetapi harus ada tenaga kerja yang terdidik, tenaga kerja usahawan dan tenaga kerja yang berpengalaman di bidang industri.
2. Berbagai
jenis industri terutama industri barang‐barang
konsumsi, masih mempunyai kelebihan
kapasitas dan dapat dengan mudah memperbesar tingkat produksinya.
3. Bahan–bahan
mentah yang diperlukan oleh industri‐industri tersebut dapat diperoleh dengan mudah sehingga tidak akan menjadi hambatan
dalam usaha menaikkan produksinya.
4. Barang‐barang
yang diproduksikan di dalam negeri mempunyai kualitas yang sama baiknya dengan barang‐barang
yang diimpor dari luar negeri.
Teori Lokasi
Dalam
Pengembangan wilayah, selain teori multiplier juga dikenal teori lokasi. Teori
lokasi adalah ilmu
yang menyelidiki tata ruang (spatial order)
kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber‐sumber
yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha/kegiatan
lain baik ekonomi maupun sosial. Yang banyak
dibahas dalam teori lokasi adalah pengaruh jarak terhadap intensitas orang
bepergian dari satu
lokasi ke lokasi lainnya. Analisis ini dapat dikembangkan untuk melihat suatu
lokasi yang memiliki
daya tarik terhadap batas wilayah pengaruhnya, dimana orang masih ingin mendatangi pusat yang memiliki daya tarik tersebut. Hal ini
terkait dengan besarnya daya tarik pada pusat tersebut dan jarak antara lokasi dengan pusat
tersebut. Salah satu faktor yang menentukan apakah suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak
adalah tingkat aksesibilitas. Tingkat aksesibilitas adalah tingkat kemudahan untuk mencapai suatu
lokasi ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya (Tarigan, 2006 : 78). Menurut Tarigan, tingkat
aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak, kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai sarana
penghubung termasuk frekuensinya dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur
tersebut.
Post a Comment